Terbaru
CARA KERJA KAMERA DSLR

CARA KERJA KAMERA DSLR

Cara Kerja Kamera DSLR

DSLR adalah kependekan dari Digital Single lens Reflex. Dalam bahasa yang gampang, DSLR adalah kamera yang memanfaatkan cermin untuk mengarahkan cahaya dari lensa ke viewfinder. Viewfinder adalah lobang kecil dibelakang kamera tempat kita mengintip obyek foto. Kok ada katasingle dalam kepanjangan DSLR, emang ada yang double? ada, namanya kamera TLR alias twin lens reflex, TLR adalah teknologi yang hampir punah.

Apa saja jeroan dari sebuah kamera DSLR?

Supaya jelas, berikut diagram kamera DSLR:
Berikut bagian-bagiannya:
-Lensa
-Cermin Pantul (reflex mirror)
-Shutter
-Sensor
-Layar focusing
-Lensa condenser
-Pentaprisma
-Viewfinder

Bagaimana cara kerja kamera DSLR

Secara keseluruhan proses kerja kamera DSLR terjadi sangat singkat, namun demi gampangnya coba kita pisah menjadi 3 tahap:
  • Saat kita mengintip di lobang viewfinder dibelakang kamera, apapaun yang kelihatan disitu adalah apa yang kan menjadi hasil akhir foto. Pantulan cahaya dari obyek foto masuk melewati lensa lalu menuju cermin pantul-(2) yang kemudian memantulkan cahaya tersebut ke pentaprisma-(7). Pentaprisma mengubah cahaya vertikal ke horisontal dengan mengarahkan cahaya menuju dua cermin terpisah, lalu masuk ke viewfinder-(8).
  • Saat kita memotret, cermin pantul/reflex mirror-(2) berayun keatas dan membiarkan cahaya terus maju dengan lurus. Shutter-(3) kemudian membuka sehingga cahaya tadi masuk ke sensor digital-(4). Shutter-(3) tetap akan terbuka selama waktu shutter speed yang ditentukan dan sensor-(4) akan terus merekan informasi cahaya. Kalau sudah selesai, maka reflex mirror-(2) akan kembali ke posisi awal sehingga cahaya dari lensa akan terpantul keatas dan kembali muncul di viewfinder.
  • Proses ketiga adalah proses yang terjadi di sensor digital-(4) dimana gambar diolah oleh komputer (processor) didalam kamera. Processor akan mengambil informasi yang terekam di sensor, mengubahnya menjadi menjadi format yang sesuai lalu menuliskannya ke dalam memory card.
keseluruhan proses diatas hanya terjadi dalam sepersekian detik, kecuali jika anda memotret bulb, bahkan kamera DSLR kelas atas bisa menyelesaikan 11 proses diatas secara beruntun dalam waktu satu detik.
Cara Kerja Kamera DSLR

DSLR adalah kependekan dari Digital Single lens Reflex. Dalam bahasa yang gampang, DSLR adalah kamera yang memanfaatkan cermin untuk mengarahkan cahaya dari lensa ke viewfinder. Viewfinder adalah lobang kecil dibelakang kamera tempat kita mengintip obyek foto. Kok ada katasingle dalam kepanjangan DSLR, emang ada yang double? ada, namanya kamera TLR alias twin lens reflex, TLR adalah teknologi yang hampir punah.

Apa saja jeroan dari sebuah kamera DSLR?

Supaya jelas, berikut diagram kamera DSLR:
Berikut bagian-bagiannya:
-Lensa
-Cermin Pantul (reflex mirror)
-Shutter
-Sensor
-Layar focusing
-Lensa condenser
-Pentaprisma
-Viewfinder

Bagaimana cara kerja kamera DSLR

Secara keseluruhan proses kerja kamera DSLR terjadi sangat singkat, namun demi gampangnya coba kita pisah menjadi 3 tahap:
  • Saat kita mengintip di lobang viewfinder dibelakang kamera, apapaun yang kelihatan disitu adalah apa yang kan menjadi hasil akhir foto. Pantulan cahaya dari obyek foto masuk melewati lensa lalu menuju cermin pantul-(2) yang kemudian memantulkan cahaya tersebut ke pentaprisma-(7). Pentaprisma mengubah cahaya vertikal ke horisontal dengan mengarahkan cahaya menuju dua cermin terpisah, lalu masuk ke viewfinder-(8).
  • Saat kita memotret, cermin pantul/reflex mirror-(2) berayun keatas dan membiarkan cahaya terus maju dengan lurus. Shutter-(3) kemudian membuka sehingga cahaya tadi masuk ke sensor digital-(4). Shutter-(3) tetap akan terbuka selama waktu shutter speed yang ditentukan dan sensor-(4) akan terus merekan informasi cahaya. Kalau sudah selesai, maka reflex mirror-(2) akan kembali ke posisi awal sehingga cahaya dari lensa akan terpantul keatas dan kembali muncul di viewfinder.
  • Proses ketiga adalah proses yang terjadi di sensor digital-(4) dimana gambar diolah oleh komputer (processor) didalam kamera. Processor akan mengambil informasi yang terekam di sensor, mengubahnya menjadi menjadi format yang sesuai lalu menuliskannya ke dalam memory card.
keseluruhan proses diatas hanya terjadi dalam sepersekian detik, kecuali jika anda memotret bulb, bahkan kamera DSLR kelas atas bisa menyelesaikan 11 proses diatas secara beruntun dalam waktu satu detik.
CARA KERJA KAMERA DSLR
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjDJLDlXZjqz7j237sn719N8h8cQmPiWQOy6KTCZrUYzQFhrhzL2YuAGUI7vIQYg5sbE9H0Pqg_IMG9VGLT8JVUlxubRi-U9LZMndE5aG3mcZeHCC0HeJ1sGPqoqrZG-QQ1iGRS_APb0A4b/s72-c/0-7645-9803-1_0204.jpg
KAMERA MIRRORLESS

KAMERA MIRRORLESS


Kamera Mirrorless

Kamera mirrorless alias Mirrorless Interchangeable-Lens Camera (MILC) atauKamera Tanpa Cermin Dengan Lensa Yang Bisa Diganti-ganti (apa tuh singkatannya dalam Bahasa Indonesia?) alias Compact Camera System aliasElectronics Viewfinder with Interchangeable Lens (EVIL) -duh banyak banget istilahnya – adalah salah satu kelas sistem kamera digital yang mulai menanjak popularitasnya sejak pertama kali dimunculkan di sekitar 2008. Jawaban singkat dari pertanyaan “Apa sih Kamera Mirrorless?” adalah kamera yang mirip DSLR namun tidak memakai cermin. Nah untuk jawaban panjang, silahkan baca lebih lanjut.

Background

Belum lama pertanyaan klasik, ‘Kamera apa yang sebaiknya saya beli?’ memiliki jawaban yang relatif simpel namun memiliki konsekuensi berat: mau kamera DSLR atau kamera saku?. Kalau priotitasnya adalah kualitas hasil foto terbaik, kecepatan dan kontrol manual penuh, maka pilihannya kamera DSLR. Sementara kalau prioritas kita adalah ukuran kecil, enteng, gampang dipakai, harga terjangkau maka pilihannya jatuh ke kamera saku dengan pengorbanan kualitas foto yang lumayan besar.
Jalan tengah juga berusaha dimunculkan oleh produsen kamera dengan kelas kamera superzoom, meskipun kamera superzoom masih jauh dari ideal untuk menjadi kamera jalan tengah mengingat ukuran sensornya yang kecil. Anda bisa membaca lagi perbedaan Kamera DSLR, Kamera Saku dan Kamera Superzoom disini.

Kamera Jalan Tengah

Namun sejak dimunculkannya kamera mirrorless, banyak orang menganggap bahwa jalan tengah ideal sudah mulai terlihat arahnya. Kamera mirroless memiliki karakteristik sebagai berikut:
-Ukuran relatif lebih kecil dan ringkas
-Jauh lebih ringan
-Kualitasnya hasil fotonya tidak jauh-jauh amat dari DSLR
-Ukuran sensornya setara DSLR kelas menengah
-Memiliki opsi mengganti lensa
-Harganyapun tidak semahal kamera DSLR (mmm, kecuali Leica dan Fujifilm X)

Perbedaan Mirrorless Dengan DSLR

Cara kerja kamera DSLR membutuhkan cermin (mirror) untuk memunculkan gambar di viewfinder, baca lebih detail cara kerja kamera DSLR disini. Nah kamera mirrorless didapat dengan membuang cermin yang ada di DSLR. Konsekuensinya adalah menghemat ukuran dan berat kamera (serta menghemat harga), namun kita kehilangan viewfinder optik, oleh karena itu kamera mirrorless menggunakan sistem viewfinder elektronis (EVF – electronic viewfinder), kecuali Leica dan Fujifilm yang memiliki viewfinder optik. Kualitas foto kamera mirrorless juga tidak kalah dengan DSLR karena ukuran sensor yang relatif sama

Pilihan Kamera Mirrorless

Pada saat artikel ini ditulis (Juli 2012), dipasaran tersedia beberapa pilihan sistem kamera mirrorless, paling tidak ada tujuh jenis sistem kamera dari hampir semua produsen kamera kecuali Canon (di Indonesia, merk Epson dan Ricoh jarang tersedia). Mereka adalah:
-Leica M
-Micro Four-Third: Olympus OMD dan PEN
-Micro four third: Panasonic G
-Samsung NX
-Sony NEX
-Nikon 1
-Pentax Q dan K
-Fujifilm X

Sudah Matangkah Sistem Kamera Mirrorless?

Membeli kamera mirrorless juga sama dengan membeli kamera DSLR, kita butuh membangun sistem kamera lengkap: membeli body kamera itu sendiri, membeli lensa yang sesuai serta aksesorisnya. Oleh karena itu kita menganggapnya sebagai investasi jangka panjang.
Kalau kamera SLR Digital (DSLR) sudah ada sejak 15 tahun yang lalu dan sistem SLR film sudah ada sejak 50 tahun yang lalu, maka kamera mirrorless baru ada sejak 3 atau 4 tahun yang lalu (lihat saja nama aliasnya begitu banyak kan?), jadi masih akan banyak terobosan dan penyempurnaan yang akan dibuat. Terutama masalah kecepatan, akurasi dan viewfinder. Yang jelas kamera mirroless makin hari makin populer (lihat saja di toko kamera) dan memiliki daya tarik tersendiri mengingat dengan paket yang lebih ringkas sehingga enak dibawa kemana saja, mereka mampu menghasilkan foto yang juga bagus dan memiliki kontrol ala DSLR.

Kamera Mirrorless

Kamera mirrorless alias Mirrorless Interchangeable-Lens Camera (MILC) atauKamera Tanpa Cermin Dengan Lensa Yang Bisa Diganti-ganti (apa tuh singkatannya dalam Bahasa Indonesia?) alias Compact Camera System aliasElectronics Viewfinder with Interchangeable Lens (EVIL) -duh banyak banget istilahnya – adalah salah satu kelas sistem kamera digital yang mulai menanjak popularitasnya sejak pertama kali dimunculkan di sekitar 2008. Jawaban singkat dari pertanyaan “Apa sih Kamera Mirrorless?” adalah kamera yang mirip DSLR namun tidak memakai cermin. Nah untuk jawaban panjang, silahkan baca lebih lanjut.

Background

Belum lama pertanyaan klasik, ‘Kamera apa yang sebaiknya saya beli?’ memiliki jawaban yang relatif simpel namun memiliki konsekuensi berat: mau kamera DSLR atau kamera saku?. Kalau priotitasnya adalah kualitas hasil foto terbaik, kecepatan dan kontrol manual penuh, maka pilihannya kamera DSLR. Sementara kalau prioritas kita adalah ukuran kecil, enteng, gampang dipakai, harga terjangkau maka pilihannya jatuh ke kamera saku dengan pengorbanan kualitas foto yang lumayan besar.
Jalan tengah juga berusaha dimunculkan oleh produsen kamera dengan kelas kamera superzoom, meskipun kamera superzoom masih jauh dari ideal untuk menjadi kamera jalan tengah mengingat ukuran sensornya yang kecil. Anda bisa membaca lagi perbedaan Kamera DSLR, Kamera Saku dan Kamera Superzoom disini.

Kamera Jalan Tengah

Namun sejak dimunculkannya kamera mirrorless, banyak orang menganggap bahwa jalan tengah ideal sudah mulai terlihat arahnya. Kamera mirroless memiliki karakteristik sebagai berikut:
-Ukuran relatif lebih kecil dan ringkas
-Jauh lebih ringan
-Kualitasnya hasil fotonya tidak jauh-jauh amat dari DSLR
-Ukuran sensornya setara DSLR kelas menengah
-Memiliki opsi mengganti lensa
-Harganyapun tidak semahal kamera DSLR (mmm, kecuali Leica dan Fujifilm X)

Perbedaan Mirrorless Dengan DSLR

Cara kerja kamera DSLR membutuhkan cermin (mirror) untuk memunculkan gambar di viewfinder, baca lebih detail cara kerja kamera DSLR disini. Nah kamera mirrorless didapat dengan membuang cermin yang ada di DSLR. Konsekuensinya adalah menghemat ukuran dan berat kamera (serta menghemat harga), namun kita kehilangan viewfinder optik, oleh karena itu kamera mirrorless menggunakan sistem viewfinder elektronis (EVF – electronic viewfinder), kecuali Leica dan Fujifilm yang memiliki viewfinder optik. Kualitas foto kamera mirrorless juga tidak kalah dengan DSLR karena ukuran sensor yang relatif sama

Pilihan Kamera Mirrorless

Pada saat artikel ini ditulis (Juli 2012), dipasaran tersedia beberapa pilihan sistem kamera mirrorless, paling tidak ada tujuh jenis sistem kamera dari hampir semua produsen kamera kecuali Canon (di Indonesia, merk Epson dan Ricoh jarang tersedia). Mereka adalah:
-Leica M
-Micro Four-Third: Olympus OMD dan PEN
-Micro four third: Panasonic G
-Samsung NX
-Sony NEX
-Nikon 1
-Pentax Q dan K
-Fujifilm X

Sudah Matangkah Sistem Kamera Mirrorless?

Membeli kamera mirrorless juga sama dengan membeli kamera DSLR, kita butuh membangun sistem kamera lengkap: membeli body kamera itu sendiri, membeli lensa yang sesuai serta aksesorisnya. Oleh karena itu kita menganggapnya sebagai investasi jangka panjang.
Kalau kamera SLR Digital (DSLR) sudah ada sejak 15 tahun yang lalu dan sistem SLR film sudah ada sejak 50 tahun yang lalu, maka kamera mirrorless baru ada sejak 3 atau 4 tahun yang lalu (lihat saja nama aliasnya begitu banyak kan?), jadi masih akan banyak terobosan dan penyempurnaan yang akan dibuat. Terutama masalah kecepatan, akurasi dan viewfinder. Yang jelas kamera mirroless makin hari makin populer (lihat saja di toko kamera) dan memiliki daya tarik tersendiri mengingat dengan paket yang lebih ringkas sehingga enak dibawa kemana saja, mereka mampu menghasilkan foto yang juga bagus dan memiliki kontrol ala DSLR.
KAMERA MIRRORLESS
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiP0DptJW9IAwEIPeDLhjHCI9bsGGcavdqeA2dc4mEgWM5egfYSrZ4mk33WKM-yG7MMsLPzqQkafbqWCf0C15EPf6qKiYPPNqY5LRvo34MX3d9F0zN3eE7rkoa1k_mUcN1DE1JijCwzbdZS/s72-c/kamera-mirrorless.jpeg
TIPS MERAWAT KAMERA

TIPS MERAWAT KAMERA

  Tips Merawat Kamera dan Lensa Agar Lebih Awet


Kamera digital seperti halnya barang elektronik konsumen lainnya, membutuhkan perawatan ekstra. Mereka memiliki komponen sensitif yang mudah rusak kalau kita ceroboh memegangnya. Berikut beberapa hal praktis agar kamera dan lensa anda lebih awet:

  1. Kecuali kalau kamera atau lensa anda jelas-jelas dinyatakan waterproof atauweather sealed, jauhkan mereka dari air dan basah. Air bisa menimbulkan kelembaban didalam internal kamera dan bisa membuat komponen internal rusak. Kamera weather sealed juga bukan berarti anda bisa memasukannya ke air.
  2. Batere lithium-ion biasanya bertahan dalam 500 kali siklus recharge sebelum kerjanya mulai menyusut, kalau memang sudah waktunya jangan kaget kalau memang minta ganti. Buang sampah batere ditempat khusus (meskipun pengelolaan sampah kita tidak pernah memisahkan jenis limbah apapaun). Baca juga tips agar konsumsi baterai kamera lebih awet.
  3. Selalu jaga kebersihan lensa. Saat membersihkan lensa, jangan langsung semprotkan cairan pembersih ke lensa, semprotkan dulu ke lap microfiber sedikit saja lalu baru usapkan lap microfiber tersebut ke lensa. Anda bisa membeli lap microfiber di swalayan besar.
  4. Matikan kamera sebelum mengeluarkan batere atau memory card dan saat anda mencolokkan ke komputer, kamera memiliki komputer didalamnya dan bisa jadi tidak tahan terhadap perubahan arus listrik secara mendadak.
  5. Strap kamera ada agar kamera anda tidak gampang jatuh dengan tidak sengaja, kalau memang merasa tidak nyaman memakai strap bawaan, belilah yang lebih nyaman. Baca juga cara paling aman saat menggantungkan kamera di pundak
  6. Hindari meninggalkan kamera didalam mobil dalam waktu yang lama apalagi jika mobilnya terkena panas matahari langsung. Kamera memiliki rentang suhu aman dan akumulasi panas didalam mobil beresiko melebihi rentang tadi.
  7. Kandungan garam dilaut bersifat korosif bagi komponen logam yang ada di dalam kamera maupun lensa sehingga berpotensi menghasilkan karat. Setelah memotret di dekat laut, bersihkan kamera dengan lap yang sedikit dibasahi untuk menghilangkan sisa garam yang menempel di kamera, sedikit saja jangan terlalu banyak. Setelah itu lap lagi dengan lap hingga benar-benar kering. Baca cara mencegah munculnya kabut di lensa
  8. Kamera dan lensa memiliki bagian bergerak seperti tombol, dial, engsel pintu batere dan memory card, focusing ring dan putaran zoom lensa. Kalau ada yang macet jangan diputar atau dibuka dengan paksa. Kalau memang tidak paham, bawa ke teman yang paham atau bawa ke service center. Kalau dipaksa bisa jadi ada bagian yang patah.
  9. Baca tips mengganti lensa DSLR saat anda memotret diluar ruangan untuk meminimalkan resiko kemasukan debu.
  10. Periksa ada tidaknya debu di sensor kamera DSLR anda (baca disini caranya), kalau memang terdeteksi ada, gunakan blower. Jika blower tidak bisa menghilangkan debu, bawa ke service center.
  11. Simpan kamera di tempat yang kering dan tidak terkena cahaya matahari langsung. Kalau memang ada budget, beli dry box atau dry cabinet sehingga kita bisa mengontrol tingkat kelembaban. Alternatif murah adalah memakai silica gel. Baca tips menyimpan kamera dan lensa agar bebas dari lembap

  Tips Merawat Kamera dan Lensa Agar Lebih Awet


Kamera digital seperti halnya barang elektronik konsumen lainnya, membutuhkan perawatan ekstra. Mereka memiliki komponen sensitif yang mudah rusak kalau kita ceroboh memegangnya. Berikut beberapa hal praktis agar kamera dan lensa anda lebih awet:

  1. Kecuali kalau kamera atau lensa anda jelas-jelas dinyatakan waterproof atauweather sealed, jauhkan mereka dari air dan basah. Air bisa menimbulkan kelembaban didalam internal kamera dan bisa membuat komponen internal rusak. Kamera weather sealed juga bukan berarti anda bisa memasukannya ke air.
  2. Batere lithium-ion biasanya bertahan dalam 500 kali siklus recharge sebelum kerjanya mulai menyusut, kalau memang sudah waktunya jangan kaget kalau memang minta ganti. Buang sampah batere ditempat khusus (meskipun pengelolaan sampah kita tidak pernah memisahkan jenis limbah apapaun). Baca juga tips agar konsumsi baterai kamera lebih awet.
  3. Selalu jaga kebersihan lensa. Saat membersihkan lensa, jangan langsung semprotkan cairan pembersih ke lensa, semprotkan dulu ke lap microfiber sedikit saja lalu baru usapkan lap microfiber tersebut ke lensa. Anda bisa membeli lap microfiber di swalayan besar.
  4. Matikan kamera sebelum mengeluarkan batere atau memory card dan saat anda mencolokkan ke komputer, kamera memiliki komputer didalamnya dan bisa jadi tidak tahan terhadap perubahan arus listrik secara mendadak.
  5. Strap kamera ada agar kamera anda tidak gampang jatuh dengan tidak sengaja, kalau memang merasa tidak nyaman memakai strap bawaan, belilah yang lebih nyaman. Baca juga cara paling aman saat menggantungkan kamera di pundak
  6. Hindari meninggalkan kamera didalam mobil dalam waktu yang lama apalagi jika mobilnya terkena panas matahari langsung. Kamera memiliki rentang suhu aman dan akumulasi panas didalam mobil beresiko melebihi rentang tadi.
  7. Kandungan garam dilaut bersifat korosif bagi komponen logam yang ada di dalam kamera maupun lensa sehingga berpotensi menghasilkan karat. Setelah memotret di dekat laut, bersihkan kamera dengan lap yang sedikit dibasahi untuk menghilangkan sisa garam yang menempel di kamera, sedikit saja jangan terlalu banyak. Setelah itu lap lagi dengan lap hingga benar-benar kering. Baca cara mencegah munculnya kabut di lensa
  8. Kamera dan lensa memiliki bagian bergerak seperti tombol, dial, engsel pintu batere dan memory card, focusing ring dan putaran zoom lensa. Kalau ada yang macet jangan diputar atau dibuka dengan paksa. Kalau memang tidak paham, bawa ke teman yang paham atau bawa ke service center. Kalau dipaksa bisa jadi ada bagian yang patah.
  9. Baca tips mengganti lensa DSLR saat anda memotret diluar ruangan untuk meminimalkan resiko kemasukan debu.
  10. Periksa ada tidaknya debu di sensor kamera DSLR anda (baca disini caranya), kalau memang terdeteksi ada, gunakan blower. Jika blower tidak bisa menghilangkan debu, bawa ke service center.
  11. Simpan kamera di tempat yang kering dan tidak terkena cahaya matahari langsung. Kalau memang ada budget, beli dry box atau dry cabinet sehingga kita bisa mengontrol tingkat kelembaban. Alternatif murah adalah memakai silica gel. Baca tips menyimpan kamera dan lensa agar bebas dari lembap

TIPS MERAWAT KAMERA
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJSObiVU40UkiU4b-VAiCHYBwJ9ZVkHQo82ylV-78ha5IS3_-eSfgShisJxzhehtz1m8Q6f9a3qwdKPidA58A0QdA8D8Ye86FKRoD0x9_zze-4XoaZ-oFyufLwbI9z0soNnp6LSKDTWzdg/s72-c/Tips+dan+Cara+Merawat+Lensa+Kamera+DSLR.jpg
MENGENAL TENTANG FILTER LENSA

MENGENAL TENTANG FILTER LENSA

FILTER LENSA
Filter merupakan aksesoris yang biasa dibeli oleh fotografer setelah membeli kamera. Filter biasanya selalu terpasang pada lensa kamera yang berfungsi untuk menyaring sinar ultraviolet agar warna menjadi lebih cerah. Selain itu, filter juga untuk melindungi lensa dari benturan atau goresan.

Ada berbagai jenis filter yang biasa digunakan dalam sebuah pemotertan. Berikut diantaranya:
1.
Filter Ultra Violet (UV). Media film sangat sensitif terhadap jenis cahaya ini, efeknya pada foto adalah warna yang pudar seperti berkabut. Sensor pada kamera digital tidak terlalu sensitif terhadap cahaya UV seperti film, namun penggunaan filter UV akan meningkatkan kontras warna dari hasil foto. Fungsi utama filter UV untuk melindungi lensa dari goresan dan benturan. Jadi jika Anda tidak menggunakan filter lain, biarkan saja filter UV ini terpasang di lensa.
2.
Filter Neutral Density (ND). Filter ini berwarna abu-abu dengan berbagai tingkat kepekatan. Berguna untuk meredam intensitas cahaya yang sampai ke sensor. Sehingga pemotretan dapat waktu pencahayaan yang lebih lama. Jika ingin melakukan pemotretan slow speed pada siang hari, filter ND merupakan perlengkapan wajib.
3.
Filter Graduated ND. Merupakan filter ND dengan kepekatan yang berubah secara bertahap seperti gradasi dari gelap ke terang. Filter ini sangat berguna untuk pemotretan landscape pada siang hari yang cerah. Pada saat digunakan, bagian yang lebih pekat dipasang di atas, fungsinya untuk meredam cahaya dari langit dan mempertahankan cahaya dari daratan sehingga diperoleh foto dengan pencahayaan merata dengan langit yang biru.
4.
Filter Polarizer. Berfungsi untuk meredam pantulan cahaya dari permukaan non metal. Sangat berguna untuk pemotretan menembus kaca, misalnya memotret ikan dalam akuarium atau benda bersejarah di dalam museum. Filter ini juga meningkatkan kontras dan warna, serta meredam hamburan cahaya. Efeknya tampak paling jelas jika digunakan untuk memotret langit cerah dengan gumpalan awan putih. Efek polarizer sangat berpengaruh pada foto dan tidak bisa diperoleh melalui proses digital. Ada 2 macam polarizer: Polarizer linear dengan arah garis lurus dan Polarizer sirkular (Pol Cir atau CPL) yang memiliki arah garis melingkar- polarizer ini bisa diatur kepekatannya dengan memutar ring depannya.
5.
Filter Macro atau Close Up. Berfungsi untuk mengubah jarak fokus sehingga memungkinkan untuk pemotretan obyek dengan jarak yang sangat dekat. Berfungsi juga seperti kaca pembesar (lup). Namun, penggunaan filter makro akan membawa efek, seperti pencahayaan turun 1-2 stop, ketajaman berkurang dan DoF lebih sempit.
6.
Filter Infra Red (IR). Filter IR akan meneruskan cahaya infra merah dan menahan spektrum cahaya yang lain. Pada dasarnya, sensor kamera dirancang untuk tidak sensitif terhadap cahaya IR, oleh karena itu penggunaan filter IR menyebabkan perlunya pencahayaan dalam waktu lama atau shutter speed lambat.
7.
Filter Artistik atau Warna. Memberikan nuansa warna yang biasanya dihubungkan dengan mood tertentu. Misalnya, warna biru memberikan kesan dingin, sedangkan warna orange akan memberi kesan hangat. Filter kuning akan meningkatkan kontras pada warna langit dan awan. Saat ini, nuansa warna tersebut dapat ditambahkan melalui proses olah digital sehingga filter warna sudah jarang digunakan.

Sumber : dari berbagai sumber 


FILTER LENSA
Filter merupakan aksesoris yang biasa dibeli oleh fotografer setelah membeli kamera. Filter biasanya selalu terpasang pada lensa kamera yang berfungsi untuk menyaring sinar ultraviolet agar warna menjadi lebih cerah. Selain itu, filter juga untuk melindungi lensa dari benturan atau goresan.

Ada berbagai jenis filter yang biasa digunakan dalam sebuah pemotertan. Berikut diantaranya:
1.
Filter Ultra Violet (UV). Media film sangat sensitif terhadap jenis cahaya ini, efeknya pada foto adalah warna yang pudar seperti berkabut. Sensor pada kamera digital tidak terlalu sensitif terhadap cahaya UV seperti film, namun penggunaan filter UV akan meningkatkan kontras warna dari hasil foto. Fungsi utama filter UV untuk melindungi lensa dari goresan dan benturan. Jadi jika Anda tidak menggunakan filter lain, biarkan saja filter UV ini terpasang di lensa.
2.
Filter Neutral Density (ND). Filter ini berwarna abu-abu dengan berbagai tingkat kepekatan. Berguna untuk meredam intensitas cahaya yang sampai ke sensor. Sehingga pemotretan dapat waktu pencahayaan yang lebih lama. Jika ingin melakukan pemotretan slow speed pada siang hari, filter ND merupakan perlengkapan wajib.
3.
Filter Graduated ND. Merupakan filter ND dengan kepekatan yang berubah secara bertahap seperti gradasi dari gelap ke terang. Filter ini sangat berguna untuk pemotretan landscape pada siang hari yang cerah. Pada saat digunakan, bagian yang lebih pekat dipasang di atas, fungsinya untuk meredam cahaya dari langit dan mempertahankan cahaya dari daratan sehingga diperoleh foto dengan pencahayaan merata dengan langit yang biru.
4.
Filter Polarizer. Berfungsi untuk meredam pantulan cahaya dari permukaan non metal. Sangat berguna untuk pemotretan menembus kaca, misalnya memotret ikan dalam akuarium atau benda bersejarah di dalam museum. Filter ini juga meningkatkan kontras dan warna, serta meredam hamburan cahaya. Efeknya tampak paling jelas jika digunakan untuk memotret langit cerah dengan gumpalan awan putih. Efek polarizer sangat berpengaruh pada foto dan tidak bisa diperoleh melalui proses digital. Ada 2 macam polarizer: Polarizer linear dengan arah garis lurus dan Polarizer sirkular (Pol Cir atau CPL) yang memiliki arah garis melingkar- polarizer ini bisa diatur kepekatannya dengan memutar ring depannya.
5.
Filter Macro atau Close Up. Berfungsi untuk mengubah jarak fokus sehingga memungkinkan untuk pemotretan obyek dengan jarak yang sangat dekat. Berfungsi juga seperti kaca pembesar (lup). Namun, penggunaan filter makro akan membawa efek, seperti pencahayaan turun 1-2 stop, ketajaman berkurang dan DoF lebih sempit.
6.
Filter Infra Red (IR). Filter IR akan meneruskan cahaya infra merah dan menahan spektrum cahaya yang lain. Pada dasarnya, sensor kamera dirancang untuk tidak sensitif terhadap cahaya IR, oleh karena itu penggunaan filter IR menyebabkan perlunya pencahayaan dalam waktu lama atau shutter speed lambat.
7.
Filter Artistik atau Warna. Memberikan nuansa warna yang biasanya dihubungkan dengan mood tertentu. Misalnya, warna biru memberikan kesan dingin, sedangkan warna orange akan memberi kesan hangat. Filter kuning akan meningkatkan kontras pada warna langit dan awan. Saat ini, nuansa warna tersebut dapat ditambahkan melalui proses olah digital sehingga filter warna sudah jarang digunakan.

Sumber : dari berbagai sumber 


MENGENAL TENTANG FILTER LENSA
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjIS-by0nIxBUGoETe0ZlfREE3mpw8ljBlPIytDmYEfRHiW5-Ehv9XBPHjag_dtkVqd23YtFD5sMFcm8FSd-sH-m4ZxrRkGezX5IPAloNxlv5Bb6zIZ_9M79CiTPnJlSCl45-CURmN7X4Kj/s72-c/Filters.jpg
TRIGGER

TRIGGER

TRIGGER


Wireless trigger adalah aksesoris fotografi yang fungsinya memicu lampu kilat yang tidak dipasangkan pada kamera (off camera flash) atau strobist. Biasanya digunakan pada saat memfoto model dalam suatu studio, untuk mendapatkan cahaya dari beberapa angel.



Macam-macam wireless trigger

Basic Manual Trigger
Trigger jenis ini akan memicu flash saat kita menjepret foto. Trigger ini termasuk pada kategori trigger simple alias sederhana karena tidak ada fitur grouping (mengelompokan beberapa flash) atau mengirimkan sinyal TTL untuk pengukuran cahaya secara otomatis.

ada dua pilihan pada jenis trigger ini, ada yang kualitas biasa dengan resiko macet dan jarak tidak bisa jauh, dan yang kualitas dengan jarak lebih jauh dan jarang macet.
  • Contoh kualitas biasa: YongNuo RF602, PT 40 NE harga sekitar 200-300rb satu pasang.
  • Contoh kualitas bagus: PocketWizard Plus, Phottix Atlas harga sekitar 2-3 juta satu pasang.
Grouping Trigger
Trigger jenis ini memungkinkan kita untuk mengelompokkan lampu kilat. Ini akan sangat membantu jika memotret menggunakan beberapa lampu kilat, trigger ini juga membantu pada saat kita ingin melihat efek dari lampu kilat secara individu atau kelompok. Yang paling penting trigger ini akan memudahkan fotografer yang memakai beberapa lampu kilat tidak harus buka tutup flash satu persatu.
  • Contoh kualitas biasa: Phottix Strato II harga sekitar 800rb satu pasang.
  • Contoh kualitas bagus:  PocketWizard Plus III harga sekitar 2.5 juta satu pasang.
TTL Radio Trigger
Trigger jenis ini akan kamera bersinkronasi dengan flash dalam mengatur cahaya lampu flash, dan akan mengirimkan sinyal TTL dari kamera ke flash. Trigger ini bisa digunakan untuk mengatur rasio pencahayaan antara beberapa lampu kilat atau kelompok lampu kilat, dan dapat digunakan pada saat memotret dengan shutter speed yang tinggi (high speed sync).

Contoh: Phottix Odin, Pocketwizard ControlTL (Flex TT5 & Mini TT1) Harganya 3-4 juta satu set.
DIPOSKAN OLEH WAHYU AGUNG DI 18.54
LABEL: GEAR


TRIGGER


Wireless trigger adalah aksesoris fotografi yang fungsinya memicu lampu kilat yang tidak dipasangkan pada kamera (off camera flash) atau strobist. Biasanya digunakan pada saat memfoto model dalam suatu studio, untuk mendapatkan cahaya dari beberapa angel.



Macam-macam wireless trigger

Basic Manual Trigger
Trigger jenis ini akan memicu flash saat kita menjepret foto. Trigger ini termasuk pada kategori trigger simple alias sederhana karena tidak ada fitur grouping (mengelompokan beberapa flash) atau mengirimkan sinyal TTL untuk pengukuran cahaya secara otomatis.

ada dua pilihan pada jenis trigger ini, ada yang kualitas biasa dengan resiko macet dan jarak tidak bisa jauh, dan yang kualitas dengan jarak lebih jauh dan jarang macet.
  • Contoh kualitas biasa: YongNuo RF602, PT 40 NE harga sekitar 200-300rb satu pasang.
  • Contoh kualitas bagus: PocketWizard Plus, Phottix Atlas harga sekitar 2-3 juta satu pasang.
Grouping Trigger
Trigger jenis ini memungkinkan kita untuk mengelompokkan lampu kilat. Ini akan sangat membantu jika memotret menggunakan beberapa lampu kilat, trigger ini juga membantu pada saat kita ingin melihat efek dari lampu kilat secara individu atau kelompok. Yang paling penting trigger ini akan memudahkan fotografer yang memakai beberapa lampu kilat tidak harus buka tutup flash satu persatu.
  • Contoh kualitas biasa: Phottix Strato II harga sekitar 800rb satu pasang.
  • Contoh kualitas bagus:  PocketWizard Plus III harga sekitar 2.5 juta satu pasang.
TTL Radio Trigger
Trigger jenis ini akan kamera bersinkronasi dengan flash dalam mengatur cahaya lampu flash, dan akan mengirimkan sinyal TTL dari kamera ke flash. Trigger ini bisa digunakan untuk mengatur rasio pencahayaan antara beberapa lampu kilat atau kelompok lampu kilat, dan dapat digunakan pada saat memotret dengan shutter speed yang tinggi (high speed sync).

Contoh: Phottix Odin, Pocketwizard ControlTL (Flex TT5 & Mini TT1) Harganya 3-4 juta satu set.
DIPOSKAN OLEH WAHYU AGUNG DI 18.54
LABEL: GEAR


TRIGGER
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijBVLmCQzt1m2dDRVHfSv4MPngptvb6UWlET3UWaRFcxkIowT7zV4Z-EvF7nI9yQcMFYY7W53CsCi5VZHfhcZhBzzRcfrlSyrXJtECTl7dqhqXPaUwCpmoi71l0nK3BDDAQgnCl-nzhqTZ/s72-c/triggerf.jpg
MENGENAI BATTERY GRIPS

MENGENAI BATTERY GRIPS

BATTERY GRIPS
Jika Anda baru saja membeli DSLR, ada beberapa aksesoris yang bisa melengkapi kamera anyar Anda. Salah satunya battery grip. Jika Anda baru mengenal battery grip, artikel ini memberikan panduan tentang battery grip yang bisa membantu Anda.

Baterai grip dasarnya sebuah kompartemen baterai tambahan yang dipasangkan kepada DSLR untuk memberikan tenaga ekstra. Battery grip juga bisa berfungsi sebagai pegangan sekunder untuk kamera oleh karenanya sering juga disebut Vertical Grip.
Keuntungan utama dari battery grip adalah bahwa tombol rana dan biasanya beberapa kontrol lain yang diduplikasi, membuat kamera jauh lebih nyaman untuk digunakan dalam foto portrait.

Battery grip dibuat dalam berbagai model. Di dalam battery grip, kita bisa memasukkan batereai cadangan kamera ataupun baterai AA. Batterai cadangan bisa digunakan langsung untuk operasi kamera sehingga tidak diperlukan mengganti baterai bila baterai utama habis.

Battery grip tersedia dalam merek original (seperti dengan merek kamera) tapi ada juga beberapa perusahaan third party yang memproduksi battery grip seperti Ansmann dan Hanel. Perbedaannya biasanya tidak begitu banyak, dan ditawarkan dengan harga yang jauh lebih murah.

Selain sebagai battery cadangan adalah fasilitas vertical grip (pegangan vertikal) yang dapat digunakan saat pemotretan portrait sehingga seolah-olah kita memegang kamera seperti halnya saat kita memegang kamera normal / motret landscape. Kondisi ini sangat membantu apalagi jika pada saat pemotretan/pengambilan gambar terutama liputan/hunting, dimana banyak sekali fotografer/orang lain yang ada di sekitar kita, maka kita tidak harus susah-susah mengangkat tangan untuk mengambil gambar portrait. Ini sangat efisien dikarenakan pada saat kondisi berjubel/banyak orang, risiko tangan kita bertabrakan dengan orang lain sangat tinggi dan hal ini sangat berisiko dan dapat menyebabkan pegangan kita pada kamera terlepas dan kamera jatuh.

Setelah battery grip di pasang ke kamera, kamera akan bertambah besar dan berat. 
Di kamera DSLR pemula yang kecil, pertambahan badan kamera akan memudahkan fotografer untuk membuat kamera lebih steady dan seimbang terutama saat mengunakan lensa telefoto.

Berat tambahan pada kamera ini menjadi double edge sword alias pisau bermata ganda. Pertimbangkan faktor stamina dan goncangan tangan karena kelelahan akibat memegang kamera dengan bobot lebih seharian.

Dua Hal Tambahan Yang Anda Perlu Tahu
·         Battery grip memungkinkan Anda untuk memberikan energi tambahan untuk kamera biasanya hanya memiliki ruang untuk satu baterai tambahan. Meskipun, kadang battery grip tertentu menyediakan ruang untuk baterai AA sebagai alternatif.
·         Dengan battery grip Anda tidak dapat memasukkan baterai ke dalam kamera karena terhalang letak battery grip tapi Anda dapat menempatkan dua baterai kamera atau beberapa baterai AA ke dalam vertical grip itu sendiri.



BATTERY GRIPS
Jika Anda baru saja membeli DSLR, ada beberapa aksesoris yang bisa melengkapi kamera anyar Anda. Salah satunya battery grip. Jika Anda baru mengenal battery grip, artikel ini memberikan panduan tentang battery grip yang bisa membantu Anda.

Baterai grip dasarnya sebuah kompartemen baterai tambahan yang dipasangkan kepada DSLR untuk memberikan tenaga ekstra. Battery grip juga bisa berfungsi sebagai pegangan sekunder untuk kamera oleh karenanya sering juga disebut Vertical Grip.
Keuntungan utama dari battery grip adalah bahwa tombol rana dan biasanya beberapa kontrol lain yang diduplikasi, membuat kamera jauh lebih nyaman untuk digunakan dalam foto portrait.

Battery grip dibuat dalam berbagai model. Di dalam battery grip, kita bisa memasukkan batereai cadangan kamera ataupun baterai AA. Batterai cadangan bisa digunakan langsung untuk operasi kamera sehingga tidak diperlukan mengganti baterai bila baterai utama habis.

Battery grip tersedia dalam merek original (seperti dengan merek kamera) tapi ada juga beberapa perusahaan third party yang memproduksi battery grip seperti Ansmann dan Hanel. Perbedaannya biasanya tidak begitu banyak, dan ditawarkan dengan harga yang jauh lebih murah.

Selain sebagai battery cadangan adalah fasilitas vertical grip (pegangan vertikal) yang dapat digunakan saat pemotretan portrait sehingga seolah-olah kita memegang kamera seperti halnya saat kita memegang kamera normal / motret landscape. Kondisi ini sangat membantu apalagi jika pada saat pemotretan/pengambilan gambar terutama liputan/hunting, dimana banyak sekali fotografer/orang lain yang ada di sekitar kita, maka kita tidak harus susah-susah mengangkat tangan untuk mengambil gambar portrait. Ini sangat efisien dikarenakan pada saat kondisi berjubel/banyak orang, risiko tangan kita bertabrakan dengan orang lain sangat tinggi dan hal ini sangat berisiko dan dapat menyebabkan pegangan kita pada kamera terlepas dan kamera jatuh.

Setelah battery grip di pasang ke kamera, kamera akan bertambah besar dan berat. 
Di kamera DSLR pemula yang kecil, pertambahan badan kamera akan memudahkan fotografer untuk membuat kamera lebih steady dan seimbang terutama saat mengunakan lensa telefoto.

Berat tambahan pada kamera ini menjadi double edge sword alias pisau bermata ganda. Pertimbangkan faktor stamina dan goncangan tangan karena kelelahan akibat memegang kamera dengan bobot lebih seharian.

Dua Hal Tambahan Yang Anda Perlu Tahu
·         Battery grip memungkinkan Anda untuk memberikan energi tambahan untuk kamera biasanya hanya memiliki ruang untuk satu baterai tambahan. Meskipun, kadang battery grip tertentu menyediakan ruang untuk baterai AA sebagai alternatif.
·         Dengan battery grip Anda tidak dapat memasukkan baterai ke dalam kamera karena terhalang letak battery grip tapi Anda dapat menempatkan dua baterai kamera atau beberapa baterai AA ke dalam vertical grip itu sendiri.



MENGENAI BATTERY GRIPS
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh4tywxkQ2xpdTXvKYSEXhfeHLa7bI2AOXLTjn4vSayW3EkspHxI1d6ZZc2ZDiiwX21drzWhj4EG_5_zuKIsNVnW8iJizwEu1F8GsRDPSGox1llF9vphxww5F288VYDVO7bj6OF__pMrcoF/s72-c/batery+grip.jpg
FLASH CAMERA

FLASH CAMERA

Mengenal Flash Kamera

Flash merupakan salah satu aksesoris standar yang sangat mempengaruhi hasil foto. Penggunaan flash secara tepat akan menghasilkan gambar yang tajam & cerah, namun jika tidak tepat, gambar justru dapat menjadi gelap, atau terlalu terang (over-exposed).

Untuk meng-gunakan flash secara tepat, perlu dimengerti berbagai mode yang terdapat pada flash, yaitu:
1.
Auto: Flash secara otomatis akan menyala jika pengukuran cahaya kurang dari yang diharapkan.
2.
On: Flash akan selalu menyala, walaupun pengukuran menunjukkan cahaya yang mencukupi. Mode ini digunakan untuk melakukan fill in - menerangi obyek yang berada dalam bayangan atau mengkompensasi cahaya dari background yang terang
3.
Off: flash tidak akan menyala walaupun cahaya kurang. Mode ini diperlukan untuk memperoleh pencahayaan natural atau mencegah jeda antar pemotretan yang terlalu panjang
4.
Slow sync: Flash akan menyala, namun aperture akan tetap terbuka sampai waktu tertentu. mode ini diperlukan untuk menangkap background di belakang obyek atau untuk mengurangi bayangan gelap di belakang obyek akibat pemakaian flash
5.
Red-eye reduction: Berguna untuk mencegah timbulnya mata merah pada foto manusia. Flash akan menyala sesaat sebelum aperture terbuka (pre-flash) agar pupil mata obyek kembali ke normal saat flash menyala lagi bersamaan dengan terbukanya aperture (pemotretan).

Sumber : dari berbagai sumber 


Mengenal Flash Kamera

Flash merupakan salah satu aksesoris standar yang sangat mempengaruhi hasil foto. Penggunaan flash secara tepat akan menghasilkan gambar yang tajam & cerah, namun jika tidak tepat, gambar justru dapat menjadi gelap, atau terlalu terang (over-exposed).

Untuk meng-gunakan flash secara tepat, perlu dimengerti berbagai mode yang terdapat pada flash, yaitu:
1.
Auto: Flash secara otomatis akan menyala jika pengukuran cahaya kurang dari yang diharapkan.
2.
On: Flash akan selalu menyala, walaupun pengukuran menunjukkan cahaya yang mencukupi. Mode ini digunakan untuk melakukan fill in - menerangi obyek yang berada dalam bayangan atau mengkompensasi cahaya dari background yang terang
3.
Off: flash tidak akan menyala walaupun cahaya kurang. Mode ini diperlukan untuk memperoleh pencahayaan natural atau mencegah jeda antar pemotretan yang terlalu panjang
4.
Slow sync: Flash akan menyala, namun aperture akan tetap terbuka sampai waktu tertentu. mode ini diperlukan untuk menangkap background di belakang obyek atau untuk mengurangi bayangan gelap di belakang obyek akibat pemakaian flash
5.
Red-eye reduction: Berguna untuk mencegah timbulnya mata merah pada foto manusia. Flash akan menyala sesaat sebelum aperture terbuka (pre-flash) agar pupil mata obyek kembali ke normal saat flash menyala lagi bersamaan dengan terbukanya aperture (pemotretan).

Sumber : dari berbagai sumber 


FLASH CAMERA
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhX-8Ag908CuELd6g9hPEQnBPAqbA8MIQr8kwOuj__7oa6IRfmTxFKGHDw_MmSWP4C9s6cPbsmMzQAPDTZnMG7cpfDuHJZwI9Vz4XOCiZAY2n8ETmHC4ZW1Xp-ScNvQLEPqwYJJOkgXJtxz/s72-c/flash.jpg
TIPS MEMILIH TRIPOD

TIPS MEMILIH TRIPOD

Memilih Tripod

Tripod adalah alat yang penting bagi fotografer profesional maupun amatir, tapi karena perkembangan fotografi digital yang cepat, tripod menjadi kurang terkenal.
Fungsi tripod yang terutama adalah untuk menyangga kamera sehingga foto/video tidak kabur. Fungsi ini banyak digantikan oleh fungsi image stabilization (IS) kamera atau lensa dan juga perkembangan kamera digital yang mampu memproduksi foto yang relatif bersih meski dalam setting ISO tinggi atau di tempat yang kurang cahaya. Meskipun demikian, teknologi digital diatas belum sempurna.
Untuk memaksimalkan karya foto, tripod merupakan alat bantu yang wajib dipunyai. Keseriusan seorang fotografer seringkali bisa dilihat dari tripod yang digunakan.
Tips untuk memilih tripod
§  Tripod bisa digunakan dalam jangka waktu lama dan jarang atau tidak bisa kadalursa seperti barang elektronik, oleh sebab itu jangan terlalu pelit dalam membeli tripod. Tripod yang murah sebagian besar berkualitas rendah sehingga cepat rusak, tidak tahan air dan tidak stabil.
§  Mencari ukuran tripod seharusnya disesuaikan dengan peralatan fotografi Anda. Bila Anda mengunakan kamera saku, hendaknya mencari ukuran tripod yang lebih kecil, sedangkan bila mengunakan kamera DSLR profesional dengan lensa super panjang, sebaiknya mengunakan tripod yang besar dan kokoh.
§  Tripod untuk jalan-jalan idealnya tidak besar dan ringan. Bahannya biasanya dari alumunium, magnesium atau carbon fiber. Yang disebut terakhir paling kokoh, tapi juga paling mahal
§  Tripod untuk studio atau profesional idealnya kokoh dan cukup tinggi. Berat biasanya tidak menjadi masalah, yang penting steady.
§  Tripod yang baik memiliki ball head (kepala tripod) dan kaki yang terpisah, sehingga Anda bisa menukar ball head sesuai dengan kebutuhan.
§  Tripod yang baik memiliki quick release plate, sehingga Anda bisa melepaskan kamera dari tripod dengan mudah dan cepat.
§  Tripod yang baik memiliki bubble head, sehingga Anda bisa mengetahui apakah tripod Anda telah sejajar dengan garis horizon atau belum.


Sumber : infofotografi.com
Memilih Tripod

Tripod adalah alat yang penting bagi fotografer profesional maupun amatir, tapi karena perkembangan fotografi digital yang cepat, tripod menjadi kurang terkenal.
Fungsi tripod yang terutama adalah untuk menyangga kamera sehingga foto/video tidak kabur. Fungsi ini banyak digantikan oleh fungsi image stabilization (IS) kamera atau lensa dan juga perkembangan kamera digital yang mampu memproduksi foto yang relatif bersih meski dalam setting ISO tinggi atau di tempat yang kurang cahaya. Meskipun demikian, teknologi digital diatas belum sempurna.
Untuk memaksimalkan karya foto, tripod merupakan alat bantu yang wajib dipunyai. Keseriusan seorang fotografer seringkali bisa dilihat dari tripod yang digunakan.
Tips untuk memilih tripod
§  Tripod bisa digunakan dalam jangka waktu lama dan jarang atau tidak bisa kadalursa seperti barang elektronik, oleh sebab itu jangan terlalu pelit dalam membeli tripod. Tripod yang murah sebagian besar berkualitas rendah sehingga cepat rusak, tidak tahan air dan tidak stabil.
§  Mencari ukuran tripod seharusnya disesuaikan dengan peralatan fotografi Anda. Bila Anda mengunakan kamera saku, hendaknya mencari ukuran tripod yang lebih kecil, sedangkan bila mengunakan kamera DSLR profesional dengan lensa super panjang, sebaiknya mengunakan tripod yang besar dan kokoh.
§  Tripod untuk jalan-jalan idealnya tidak besar dan ringan. Bahannya biasanya dari alumunium, magnesium atau carbon fiber. Yang disebut terakhir paling kokoh, tapi juga paling mahal
§  Tripod untuk studio atau profesional idealnya kokoh dan cukup tinggi. Berat biasanya tidak menjadi masalah, yang penting steady.
§  Tripod yang baik memiliki ball head (kepala tripod) dan kaki yang terpisah, sehingga Anda bisa menukar ball head sesuai dengan kebutuhan.
§  Tripod yang baik memiliki quick release plate, sehingga Anda bisa melepaskan kamera dari tripod dengan mudah dan cepat.
§  Tripod yang baik memiliki bubble head, sehingga Anda bisa mengetahui apakah tripod Anda telah sejajar dengan garis horizon atau belum.


Sumber : infofotografi.com
TIPS MEMILIH TRIPOD
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgfLFm7ePviDQWhVZh3gyJROT8-xApbFd8EFV-MQy2PmXDJn2Gs82HsMQx5hph1PL9VqPBLSgv859zmkR8CsSRwnIuJrHQwc-Mu-aj_OU3aQ01vkBHElbLASCjhd59cUWPuSXyetqdwU85v/s72-c/tripod.jpg
MENGENAL TENTANG LENSA FISHEYE

MENGENAL TENTANG LENSA FISHEYE

MENGENAL LENSA FISHEYE

Sebuah lensa fisheye adalah lensa sudut ultra lebar yang bisa menghasilkan distorsi visual yang tujuannya menghasilkan gambar panorama lebar yang melengkung. Foto yang diambil menggunakan lensa khusus ini biasanya akan tampak cembung atau cekung di bagian tengah.
Istilah fisheye pertama kali dicetuskan di tahun 1906 oleh seorang ahli fisika dan penemu bernama Robert W. Wood berdasarkan cara pandang seekor ikan dari dalam air. Penggunaan praktisnya dimulai tahun 1920 di bidang meteorologi untuk mempelajari formasi awan dan diberi nama lensa “whole-sky”. Sudut pandangan dari lensa fisheye biasanya antara 100 sampai 180 derajat sementara focal length-nya tergantung dari format film yang digunakan.

Lensa fisheye yang diproduksi secara masal untuk fotografi pertama kali muncul di awal 1960-an dan umumnya digunakan karena hasil tampilan distorsi-nya yang unik. Untuk format 35mm, focal length lensa fisheye umumnya adalah antara 8 hingga 10 mm untuk gambar melingkar, dan 15-16 mm untuk full-frame. Untuk kamera digital yang menggunakan sensor lebih kecil, focal length lensa fisheye miniatur-nya bisa sependek 1-2 mm.

Jenis lensa fisheye pertama yang dikembangkan adalah lensa “circular fisheye” yang bisa mengambil sudut pandang 180 derajat dan hasil fotonya berbentuk lingkaran di dalam frame. Karenanya, bagian sudut atau sekeliling foto akan sangat gelap.

Setelah jenis circular ini, mulailah diproduksi lensa fisheye yang bisa memperbesar lingkaran gambar untuk memenuhi seluruh frame yang bentuknya persegi panjang dan disebut “full-frame fisheye”. Lensa pertama jenis ini yang diproduksi secara massal adalah lensa 16 mm yang dibuat oleh Nikon di awal 1970-an. Kamera dSLR dengan crop sensor (contohnya Canon 60D)membutuhkan lensa 10.5 mm untuk mendapatkan efek yang sama dengan lensa 16 mm pada kamera full-sensor.
Sigma saat ini membuat lensa fisheye 4.5 mm yang bisa menangkap sudut pandang 180 derajat pada kamera dengan crop sensor. Sunex juga mmebuat lensa fisheye 5.6 mm yang bisa menangkap sudut pandang 185 derajat pada kamera dSLR 1.5x Nikon dan 1.6x Canon.

Nikon memproduksi sebuah lensa fisheye circular 6 mm yang pada awalnya dirancang untuk sebuah ekspedisi ke Antartika. Lensa ini punya sudut pandang 220 derajat yang dibuat untuk menangkap seluruh langit dan daratan sekitarnya jika lensa diarahkan tepat ke atas. Lensa ini sudah tidak diproduksi lagi oleh Nikon, dan sekarang digunakan untuk memproduksi foto-foto virtual-reality interaktif. Karena sudut pandangnya yang super lebar, ukurannya pun besar dan berat – sekitar 5,2 kg dan diameternya 9,3 inchi.

Lensa fisheye ukuran 8 mm, yang juga diproduksi oleh Nikon, telah terbukti bermanfaat untuk dunia ilmu pengetahuan karena proyeksinya yang proporsional dengan sudut zenith.
Beberapa Lensa Fisheye Untuk Kamera Dengan Crop Sensor
- Pentax DA 10-17mm (f/3.5-4.5) setara dengan Tokina AF 10-17mm f/3.5-4.5 AT-X DX
- Samyang 8mm f/3.5 – terkenal dengan proyeksi stereographic-nya.
- Sigma 10mm f/2.8 EX DC
- Nikon AF DX – Nikkor 10.5mm f/2.8G ED
- Sigma 4.5mm f/2.8 EX DC Circular Fisheye HSM
Harga lensa fisheye tidak murah, dan mengingat penggunaannya yang tidak umum, maka beberapa orang lebih suka menerapkan efek ini melalui olah digital. Tapi, kekurangannya: foto aslinya akan kehilangan pixel karena distorsi buatan yang membuat bagian pinggir gelap atau bagian tengah yang pecah bila resolusi fotonya kurang besar.
Sumber : http://maxichalife.blogspot.com/2013/06/mengenal-lensa-fisheye-lebih-dekat.html
MENGENAL LENSA FISHEYE

Sebuah lensa fisheye adalah lensa sudut ultra lebar yang bisa menghasilkan distorsi visual yang tujuannya menghasilkan gambar panorama lebar yang melengkung. Foto yang diambil menggunakan lensa khusus ini biasanya akan tampak cembung atau cekung di bagian tengah.
Istilah fisheye pertama kali dicetuskan di tahun 1906 oleh seorang ahli fisika dan penemu bernama Robert W. Wood berdasarkan cara pandang seekor ikan dari dalam air. Penggunaan praktisnya dimulai tahun 1920 di bidang meteorologi untuk mempelajari formasi awan dan diberi nama lensa “whole-sky”. Sudut pandangan dari lensa fisheye biasanya antara 100 sampai 180 derajat sementara focal length-nya tergantung dari format film yang digunakan.

Lensa fisheye yang diproduksi secara masal untuk fotografi pertama kali muncul di awal 1960-an dan umumnya digunakan karena hasil tampilan distorsi-nya yang unik. Untuk format 35mm, focal length lensa fisheye umumnya adalah antara 8 hingga 10 mm untuk gambar melingkar, dan 15-16 mm untuk full-frame. Untuk kamera digital yang menggunakan sensor lebih kecil, focal length lensa fisheye miniatur-nya bisa sependek 1-2 mm.

Jenis lensa fisheye pertama yang dikembangkan adalah lensa “circular fisheye” yang bisa mengambil sudut pandang 180 derajat dan hasil fotonya berbentuk lingkaran di dalam frame. Karenanya, bagian sudut atau sekeliling foto akan sangat gelap.

Setelah jenis circular ini, mulailah diproduksi lensa fisheye yang bisa memperbesar lingkaran gambar untuk memenuhi seluruh frame yang bentuknya persegi panjang dan disebut “full-frame fisheye”. Lensa pertama jenis ini yang diproduksi secara massal adalah lensa 16 mm yang dibuat oleh Nikon di awal 1970-an. Kamera dSLR dengan crop sensor (contohnya Canon 60D)membutuhkan lensa 10.5 mm untuk mendapatkan efek yang sama dengan lensa 16 mm pada kamera full-sensor.
Sigma saat ini membuat lensa fisheye 4.5 mm yang bisa menangkap sudut pandang 180 derajat pada kamera dengan crop sensor. Sunex juga mmebuat lensa fisheye 5.6 mm yang bisa menangkap sudut pandang 185 derajat pada kamera dSLR 1.5x Nikon dan 1.6x Canon.

Nikon memproduksi sebuah lensa fisheye circular 6 mm yang pada awalnya dirancang untuk sebuah ekspedisi ke Antartika. Lensa ini punya sudut pandang 220 derajat yang dibuat untuk menangkap seluruh langit dan daratan sekitarnya jika lensa diarahkan tepat ke atas. Lensa ini sudah tidak diproduksi lagi oleh Nikon, dan sekarang digunakan untuk memproduksi foto-foto virtual-reality interaktif. Karena sudut pandangnya yang super lebar, ukurannya pun besar dan berat – sekitar 5,2 kg dan diameternya 9,3 inchi.

Lensa fisheye ukuran 8 mm, yang juga diproduksi oleh Nikon, telah terbukti bermanfaat untuk dunia ilmu pengetahuan karena proyeksinya yang proporsional dengan sudut zenith.
Beberapa Lensa Fisheye Untuk Kamera Dengan Crop Sensor
- Pentax DA 10-17mm (f/3.5-4.5) setara dengan Tokina AF 10-17mm f/3.5-4.5 AT-X DX
- Samyang 8mm f/3.5 – terkenal dengan proyeksi stereographic-nya.
- Sigma 10mm f/2.8 EX DC
- Nikon AF DX – Nikkor 10.5mm f/2.8G ED
- Sigma 4.5mm f/2.8 EX DC Circular Fisheye HSM
Harga lensa fisheye tidak murah, dan mengingat penggunaannya yang tidak umum, maka beberapa orang lebih suka menerapkan efek ini melalui olah digital. Tapi, kekurangannya: foto aslinya akan kehilangan pixel karena distorsi buatan yang membuat bagian pinggir gelap atau bagian tengah yang pecah bila resolusi fotonya kurang besar.
Sumber : http://maxichalife.blogspot.com/2013/06/mengenal-lensa-fisheye-lebih-dekat.html
MENGENAL TENTANG LENSA FISHEYE
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7GGUHCV0_Lx28S3yNv7UoNSYHQqBbT1Pt_A_mp3jT7MqaQBxPtJRHl3IwLV4qFtX5dmkPYBnu7WHVx7cJL38TzQRNPWSBhyphenhyphen-JBxQQ2Shx1L99Jv1FWcN1uNaJCZgZSIR5WrGAx2i6yklq/s72-c/fisheye-lenses.jpg
SPESIFIKASI LENGKAP CANON 1D C

SPESIFIKASI LENGKAP CANON 1D C

Kamera DSLR Full-frame Canon EOS 1D C dan Spesifikasi Lengkap

Harga Kamera DSLR Canon EOS 1D C ini masih cukup tinggi dan memang di dedikasikan untuk para profesional dibidang photografi. Sebuah terobosan multimedia terbaru yang menonjolkan keunggulan dalam hal pengambilan gambar. Kamera DSLR full frame didesign sedemikian rupa untuk digunakan oleh pengguna yang berjiwa petualang tinggi. Dan kamera ini sudah dilengkapi dengan berbagai teknologi canggih yang memungkinkan pengguna dengan sangat mudah mengolah gambar dengan hasil gambar yang terlihat nyata dan terlihat semakin hidup. Dan berikut ini adalah sedikit ulasan mengenai kecanggihan yang diusung oleh kamera EOS 1D milik Canon ini.


4K movies
Standar sinema digital 4096 x 2160 (4K) memungkinkan film direkam kedalam kartu CF pada kecepatan 24fps (23,976fps) dalam format M-JPEG (8bit 4.2.2), hal ini membuat EOS 1D C mampu memproduksi film dengan kualitas gambar yang sangat luar biasa dan cocok untuk membuat film sekelas bioskop.

18.1 MegaPixel CMOS sensor Full-Frame 
18,1 MegaPixel CMOS Sensor Full-Frame mampu memberikan performa yang menakjubkan dan luar biasa dengan hasil gambar dengan tingkat noise gambar yang sangat rendah, resolusi gambar yang tinggi mampu dihasilkan bahkan dalam kondisi gelap dan tingkat pencahayaan yang sangat rendah. Dengan hadirnya lensa wide-angel dan kontrol yang lebih luas dalam membidik subjek gambar akan menghasilkan sebuah gambar dengan kualitas yang optimal.

Advanced video functions
Fungsi video canggih telah mencapai resolusi Full HD (1080p) mampu menangkap pada frame rate bervariasi hingga 50 atau 60fps - yang ideal untuk merekam aksi dengan gerakan cepat maupun gerakan lambat , ditambah kontrol kustom eksposur, audio dan kompresi dan opsi crop super 35mm . Built-in Canon Log Gamma memberikan kualitas gambar yang netral dengan rentang wide dynamic (800%) untuk memberikan kebebasan maksimum pada pasca produksi. Sebuah output HDMI tanpa terkompresi memungkinkan perekaman full HD 1920 x 1080 dapat direkam pada 8bit 4.2.2 pada perekam eksternal sesuai alur kerja yang berbeda. Sebuah soket headphone disertakan untuk memantau tingkat audio yang dapat disesuaikan secara manual.


Ulasan di atas adalah beberapa kecanggihan yang menempel pada kamera DSLR Full-Frame EOS 1D C, diantaranya masih ada juga prosesor gambar Dual Digic 5+, 61 point AutoFokus sistem, dan LCD Clear View II 8.1cm (3,2"). Untuk anda yang tertarik untuk memiliki kamera canggih ini berikut adalah harga dan spesifikasi lengkap nya.

Harga Kamera DSLR Full-frame Canon EOS 1D C Rp. 155.700.000
Spesifikasi Kamera DSLR Full-frame Canon EOS 1D C

   
Image Sensor
Type
36 x 24mm CMOS
Effective Pixels
Approx. 18.1 megapixels
Total Pixels
Approx. 19.3 megapixels
Aspect Ratio
Stills:
3.2
Movies:
16:9 (4K, Super 35mm, Full HD, HD)
4:3 (SD)
Low-Pass Filter
Built-in / Fixed with fluorine coating
Sensor Cleaning
EOS integrated cleaning system
Colour Filter Type
Primary Colour
Image Processor
Type
Dual "DIGIC 5+"
Lenses
Lens Mount
EF including limited support for EF cine zooms (excludes EF-S lenses)
Focal Length
Equivalent to 1.0x the focal length of the lens
Shutter
Type
Electronically-controlled focal-plane shutter
Speed
30 - 1/8000sec (1/2 or 1/3 stop increments) + Bulb (Shutter speed range available varies according to shooting mode)
Viewfinder
Type
Pentaprism
Coverage (Vertical/Horizontal)
Approx. 100%
Magnification
Approx. 0.76x*1
Eyepoint
Approx. 20mm (from eyepiece lens centre)
Dioptre Correction
-3 to +1 m-1 (dioptre)
Focusing Screen
Interchangeable (12 types, optional). Standard Focusing Screen Ec-CV
Mirror
Quick-return half mirror (Transmission: reflection ratio of 40:60, no mirror cut-off with EF600mm f/4 or shorter)
Depth of Field Preview
Yes, with Depth of Field preview button.
Eyepiece Shutter
Built in
LCD Monitor
Type
8.11cm (3.2") Clear View II TFT, Approx. 1040K dots
Coverage
Approx. 100%
Viewing Angle (Horizontally / Vertically)
Approx. 170°
Coating
Anti-reflection and Solid Structure
Brightness Adjustment
Adjustable to one of seven levels
Flash
Modes
E-TTL II Auto Flash, Metered Manual
X-Sync
1/250sec (EX series Speedlites only)
Flash Exposure Compensation
±3EV in 1/2 or 1/3 increments
Flash Exposure Bracketing
Yes, with compatible External Flash
Flash Exposure Lock
Yes
Second Curtain Synchronisation
Yes
HotShoe / PC Terminal
Yes / No
External Flash Compatibility
E-TTL II with EX series Speedlites, wireless multi-flash support
External Flash Control
Via camera menu screen
Shooting
Modes
Program AE, Shutter priority AE, Aperture priority AE, Manual, Custom (x3)
Picture Styles
Auto, Standard, Portrait, Landscape, Neutral, Faithful, Monochrome, User Defined (x3)
Colour Space
sRGB and Adobe RGB
Image Processing
Highlight Tone Priority
Auto Lighting Optimizer (4 settings)
Long exposure noise reduction
High ISO speed noise reduction (4 settings)
Auto Correction of Lens Peripheral illumination
Chromatic aberration correction
Distortion correction
Resize to M1, M2 or S
RAW image processing - during image Playback only
Multiple exposure
Canon Log
Drive Modes
Single, Continuous L, Continuous H, 14fps Super high speed, Self timer (2s, 10s), Silent single shooting
Continuous Shooting
Max. Approx. 12fps. (speed maintained for up to 180 images (JPEG)*2or 38 images (RAW))*3 (with UDMA card)*4, 14fps with mirror locked up and exposure and AF locked on first frame
Live View Mode
Type
Electronic viewfinder with image sensor
Coverage
Approx. 100% (horizontally and vertically)
Frame Rate
30fps
Focusing
Manual Focus (Magnify the image 5x or 10x at any point on screen)
Autofocus:
Quick mode, Live mode, Live Face detection mode
Metering
Real-time evaluative metering with image sensor
Active metering time can be changed
File Type
Still Image Type
JPEG:
10 compression options (Exif 2.3 compliant) / Design rule for Camera File system (2.0)
RAW:
RAW, sRAW (14bit, Canon original RAW 2nd edition), Digital Print Order Format [DPOF] Version 1.1 compliant
RAW + JPEG Simultaneous Recording
Yes, any combination of RAW + JPEG possible, separate formats to separate cards possible
Image Size
JPEG:
(L) 5184x3456, (M1) 4608x3072, (M2) 3456x2304, (S1) 2592x1728,
RAW:
(RAW) 5184x3456 (M-RAW), (S-RAW)
Movie Type
MOV Video:
4K - MJPEG, FULL HD / HD / SD - H.264 Intra frame / inter frame, Uncompressed 8bit 4.2.2 via HDMI
Sound:
Linear PCM, recording level can be manually adjusted by user
Movie Recording Frame Rates
4096 x 2160 (23.976fps)
1920 x 1080 (59.94, 50, 29.97, 25, 23.976fps) intra or inter frame
1280 x 720 (59.94, 50fps) intra or inter frame
640 x 480 (25, 30fps) inter frame
Movie Length
Max duration; 2 hours
Folders
New folders can be manually created and selected
File Numbering
(1) Consecutive numbering
(2) Auto reset
(3) Manual reset
Other Features
Custom Functions
31 Custom Functions with 99 settings
Metadata Tag
User copyright information (can be set in camera)
LCD Panel / Illumination
Yes / Yes
Water / Dust Resistance
Yes
Sound Memo
Up to 30secs. per image - 48Khz or 8Khz
Menu Languages
25 Languages
Firmware Update
Update possible by the user
Interface
Computer
Hi-Speed USB
Other
Video output (PAL / NTSC) (integrated with USB terminal), HDMI mini output (HDMI-CEC compatible), Extension system terminal (for WFT-E6 / GP-E1), External microphone (Stereo mini jack), Headphone socket (Stereo mini jack), RJ-45(gigabyte ethernet)
Storage
Type
2x CompactFlash Type I/II (incompatible with Microdrive) (UDMA 7 compatible)
Supported Operating System
PC & Macintosh
Windows XP (SP2/SP3) / Vista inc SP1 (excl. Starter Edition) / 7 (excl. Starter Edition)
OS X v10.6-10.7
Software
Browsing & Printing
ImageBrowser EX
Image Processing
Digital Photo Professional
Other
PhotoStitch, EOS Utility (inc. Remote Capture, WFT utility*), Picture Style Editor
* Requires optional accessory - TBC
Power Source
Batteries
Rechargeable Li-ion Battery LP-E4N (supplied), 1xCR2025 for date & settings
Battery Life
Approx. 1120 still images, 2h 10min Full HD, 1hr 25min 4K (at 23°C)*5
Approx. 860 still images, 2h Full HD, 1hr 15min 4K (at 0°C)
Battery Indicator
6 levels + percentage
Power Saving
Power turns off after 1, 2, 4, 8, 15, 30mins or Off
Power Supply & Battery Chargers
AC Adapter Kit ACK-E4, Battery charger LC-E4N, Car Battery charger cable CG-570 (use with LC-E4)
Physical Specifications
Body Materials
Magnesium Alloy body covers
Operating Environment
0 - 45 °C, 85% or less humidity
Dimensions (W x H x D)
158 x 163.6 x 82.7mm
Weight (Body Only)
Approx. 1355g



Kamera DSLR Full-frame Canon EOS 1D C dan Spesifikasi Lengkap

Harga Kamera DSLR Canon EOS 1D C ini masih cukup tinggi dan memang di dedikasikan untuk para profesional dibidang photografi. Sebuah terobosan multimedia terbaru yang menonjolkan keunggulan dalam hal pengambilan gambar. Kamera DSLR full frame didesign sedemikian rupa untuk digunakan oleh pengguna yang berjiwa petualang tinggi. Dan kamera ini sudah dilengkapi dengan berbagai teknologi canggih yang memungkinkan pengguna dengan sangat mudah mengolah gambar dengan hasil gambar yang terlihat nyata dan terlihat semakin hidup. Dan berikut ini adalah sedikit ulasan mengenai kecanggihan yang diusung oleh kamera EOS 1D milik Canon ini.


4K movies
Standar sinema digital 4096 x 2160 (4K) memungkinkan film direkam kedalam kartu CF pada kecepatan 24fps (23,976fps) dalam format M-JPEG (8bit 4.2.2), hal ini membuat EOS 1D C mampu memproduksi film dengan kualitas gambar yang sangat luar biasa dan cocok untuk membuat film sekelas bioskop.

18.1 MegaPixel CMOS sensor Full-Frame 
18,1 MegaPixel CMOS Sensor Full-Frame mampu memberikan performa yang menakjubkan dan luar biasa dengan hasil gambar dengan tingkat noise gambar yang sangat rendah, resolusi gambar yang tinggi mampu dihasilkan bahkan dalam kondisi gelap dan tingkat pencahayaan yang sangat rendah. Dengan hadirnya lensa wide-angel dan kontrol yang lebih luas dalam membidik subjek gambar akan menghasilkan sebuah gambar dengan kualitas yang optimal.

Advanced video functions
Fungsi video canggih telah mencapai resolusi Full HD (1080p) mampu menangkap pada frame rate bervariasi hingga 50 atau 60fps - yang ideal untuk merekam aksi dengan gerakan cepat maupun gerakan lambat , ditambah kontrol kustom eksposur, audio dan kompresi dan opsi crop super 35mm . Built-in Canon Log Gamma memberikan kualitas gambar yang netral dengan rentang wide dynamic (800%) untuk memberikan kebebasan maksimum pada pasca produksi. Sebuah output HDMI tanpa terkompresi memungkinkan perekaman full HD 1920 x 1080 dapat direkam pada 8bit 4.2.2 pada perekam eksternal sesuai alur kerja yang berbeda. Sebuah soket headphone disertakan untuk memantau tingkat audio yang dapat disesuaikan secara manual.


Ulasan di atas adalah beberapa kecanggihan yang menempel pada kamera DSLR Full-Frame EOS 1D C, diantaranya masih ada juga prosesor gambar Dual Digic 5+, 61 point AutoFokus sistem, dan LCD Clear View II 8.1cm (3,2"). Untuk anda yang tertarik untuk memiliki kamera canggih ini berikut adalah harga dan spesifikasi lengkap nya.

Harga Kamera DSLR Full-frame Canon EOS 1D C Rp. 155.700.000
Spesifikasi Kamera DSLR Full-frame Canon EOS 1D C

   
Image Sensor
Type
36 x 24mm CMOS
Effective Pixels
Approx. 18.1 megapixels
Total Pixels
Approx. 19.3 megapixels
Aspect Ratio
Stills:
3.2
Movies:
16:9 (4K, Super 35mm, Full HD, HD)
4:3 (SD)
Low-Pass Filter
Built-in / Fixed with fluorine coating
Sensor Cleaning
EOS integrated cleaning system
Colour Filter Type
Primary Colour
Image Processor
Type
Dual "DIGIC 5+"
Lenses
Lens Mount
EF including limited support for EF cine zooms (excludes EF-S lenses)
Focal Length
Equivalent to 1.0x the focal length of the lens
Shutter
Type
Electronically-controlled focal-plane shutter
Speed
30 - 1/8000sec (1/2 or 1/3 stop increments) + Bulb (Shutter speed range available varies according to shooting mode)
Viewfinder
Type
Pentaprism
Coverage (Vertical/Horizontal)
Approx. 100%
Magnification
Approx. 0.76x*1
Eyepoint
Approx. 20mm (from eyepiece lens centre)
Dioptre Correction
-3 to +1 m-1 (dioptre)
Focusing Screen
Interchangeable (12 types, optional). Standard Focusing Screen Ec-CV
Mirror
Quick-return half mirror (Transmission: reflection ratio of 40:60, no mirror cut-off with EF600mm f/4 or shorter)
Depth of Field Preview
Yes, with Depth of Field preview button.
Eyepiece Shutter
Built in
LCD Monitor
Type
8.11cm (3.2") Clear View II TFT, Approx. 1040K dots
Coverage
Approx. 100%
Viewing Angle (Horizontally / Vertically)
Approx. 170°
Coating
Anti-reflection and Solid Structure
Brightness Adjustment
Adjustable to one of seven levels
Flash
Modes
E-TTL II Auto Flash, Metered Manual
X-Sync
1/250sec (EX series Speedlites only)
Flash Exposure Compensation
±3EV in 1/2 or 1/3 increments
Flash Exposure Bracketing
Yes, with compatible External Flash
Flash Exposure Lock
Yes
Second Curtain Synchronisation
Yes
HotShoe / PC Terminal
Yes / No
External Flash Compatibility
E-TTL II with EX series Speedlites, wireless multi-flash support
External Flash Control
Via camera menu screen
Shooting
Modes
Program AE, Shutter priority AE, Aperture priority AE, Manual, Custom (x3)
Picture Styles
Auto, Standard, Portrait, Landscape, Neutral, Faithful, Monochrome, User Defined (x3)
Colour Space
sRGB and Adobe RGB
Image Processing
Highlight Tone Priority
Auto Lighting Optimizer (4 settings)
Long exposure noise reduction
High ISO speed noise reduction (4 settings)
Auto Correction of Lens Peripheral illumination
Chromatic aberration correction
Distortion correction
Resize to M1, M2 or S
RAW image processing - during image Playback only
Multiple exposure
Canon Log
Drive Modes
Single, Continuous L, Continuous H, 14fps Super high speed, Self timer (2s, 10s), Silent single shooting
Continuous Shooting
Max. Approx. 12fps. (speed maintained for up to 180 images (JPEG)*2or 38 images (RAW))*3 (with UDMA card)*4, 14fps with mirror locked up and exposure and AF locked on first frame
Live View Mode
Type
Electronic viewfinder with image sensor
Coverage
Approx. 100% (horizontally and vertically)
Frame Rate
30fps
Focusing
Manual Focus (Magnify the image 5x or 10x at any point on screen)
Autofocus:
Quick mode, Live mode, Live Face detection mode
Metering
Real-time evaluative metering with image sensor
Active metering time can be changed
File Type
Still Image Type
JPEG:
10 compression options (Exif 2.3 compliant) / Design rule for Camera File system (2.0)
RAW:
RAW, sRAW (14bit, Canon original RAW 2nd edition), Digital Print Order Format [DPOF] Version 1.1 compliant
RAW + JPEG Simultaneous Recording
Yes, any combination of RAW + JPEG possible, separate formats to separate cards possible
Image Size
JPEG:
(L) 5184x3456, (M1) 4608x3072, (M2) 3456x2304, (S1) 2592x1728,
RAW:
(RAW) 5184x3456 (M-RAW), (S-RAW)
Movie Type
MOV Video:
4K - MJPEG, FULL HD / HD / SD - H.264 Intra frame / inter frame, Uncompressed 8bit 4.2.2 via HDMI
Sound:
Linear PCM, recording level can be manually adjusted by user
Movie Recording Frame Rates
4096 x 2160 (23.976fps)
1920 x 1080 (59.94, 50, 29.97, 25, 23.976fps) intra or inter frame
1280 x 720 (59.94, 50fps) intra or inter frame
640 x 480 (25, 30fps) inter frame
Movie Length
Max duration; 2 hours
Folders
New folders can be manually created and selected
File Numbering
(1) Consecutive numbering
(2) Auto reset
(3) Manual reset
Other Features
Custom Functions
31 Custom Functions with 99 settings
Metadata Tag
User copyright information (can be set in camera)
LCD Panel / Illumination
Yes / Yes
Water / Dust Resistance
Yes
Sound Memo
Up to 30secs. per image - 48Khz or 8Khz
Menu Languages
25 Languages
Firmware Update
Update possible by the user
Interface
Computer
Hi-Speed USB
Other
Video output (PAL / NTSC) (integrated with USB terminal), HDMI mini output (HDMI-CEC compatible), Extension system terminal (for WFT-E6 / GP-E1), External microphone (Stereo mini jack), Headphone socket (Stereo mini jack), RJ-45(gigabyte ethernet)
Storage
Type
2x CompactFlash Type I/II (incompatible with Microdrive) (UDMA 7 compatible)
Supported Operating System
PC & Macintosh
Windows XP (SP2/SP3) / Vista inc SP1 (excl. Starter Edition) / 7 (excl. Starter Edition)
OS X v10.6-10.7
Software
Browsing & Printing
ImageBrowser EX
Image Processing
Digital Photo Professional
Other
PhotoStitch, EOS Utility (inc. Remote Capture, WFT utility*), Picture Style Editor
* Requires optional accessory - TBC
Power Source
Batteries
Rechargeable Li-ion Battery LP-E4N (supplied), 1xCR2025 for date & settings
Battery Life
Approx. 1120 still images, 2h 10min Full HD, 1hr 25min 4K (at 23°C)*5
Approx. 860 still images, 2h Full HD, 1hr 15min 4K (at 0°C)
Battery Indicator
6 levels + percentage
Power Saving
Power turns off after 1, 2, 4, 8, 15, 30mins or Off
Power Supply & Battery Chargers
AC Adapter Kit ACK-E4, Battery charger LC-E4N, Car Battery charger cable CG-570 (use with LC-E4)
Physical Specifications
Body Materials
Magnesium Alloy body covers
Operating Environment
0 - 45 °C, 85% or less humidity
Dimensions (W x H x D)
158 x 163.6 x 82.7mm
Weight (Body Only)
Approx. 1355g



SPESIFIKASI LENGKAP CANON 1D C
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiNQslTtbl9UUgpwCcSX4pusoFgulxpTlx8N5XjZF_xFE_1Rp_At0-VtVJY1GciiUgSsDI-dlCmLGT08qHgE6ybPEtDusUV9agtmfbZI5zpzEq4o4kBUwZwfANlMBMS57l0ed7khOy40y_T/s72-c/canon1Dc.jpg
 
Support : Arie Sontong | Boekan Potographer | Copyright © 2014. Boekan Potographer | Ari Sontong | Muhammad Asy'Ari 2014 - All Rights Reserved