TEORI PENCAHAYAAN
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQsZ2x-MDBYZOp8e9NIbw32RltPiT-qnknKLMM78Cx_Fvg6gsXuLAdZljCzYO_y9od6cH30YKP9AzoqWe82vu3_DieOzOhoC2yIeFspdGKdVwaDyiMzw17ZwmQI3Ct2cicjRlri5K5MYvv/s72-c/LIGHTING.jpg
1. Melukis dengan cahaya
Fotografi artinya
“melukis dengan cahaya”.Tanpa cahaya, tidak akan ada karya fotografi.Maka agar
bisa terjadi sebuah foto, film yang ada di dalam kamera yang kedap cahaya
haruslah disinari.
Pada film hitam putih,
lapisan perak halida yang ada pada film akan menjadi ‘hangus” setelah terkena
cahaya. Hitam atau abu-abu yang terjadi pada film bergantung pada banyaknya
cahaya yang masuk. Kalau cahaya sangat kuat masuk, pada negatif hitam putih
akan terjadi warna hitam pekat, sementara kalau cahaya hanya sedikit masuk akan
terjadi warna abu-abu.Film yang sama sekali tidak tercahayai akan berwarna
bening setelah diproses (dicuci).
Sebuah film dikatakan
berhasil secara pencahayaan bila semua warna yang muncul mempunyai nada sama
dengan yang diharapkan sang pemotret. Sebuah film dikatakan over exposed (biasa
disingkat over saja, “kelebihan “) yang artinya tercahayai secara berlebihan,
bila warna yang terjadi lebih hitam dari pada yang diharapkaan. Film yang over
terjadi akibat pencahayaan yang berlebihan pada saat pemotretan.
Sedangkan sebuah film
dikatakaan under exposed( biasa disingkat under,”kekurangan”)bila kesan yang di
dapat pada film itu lebih bening daripada yang diharapkan. Foto under
disebabkan kekurangan pencahayaan pada saat pemotretan.
Untuk mendapatkan
pencahayaan yang tepat pada saat memotret, kita harus mengatur dengan tepat
seberapa banyaknya cahaya yang dibutuhkan untuk keperluan kita. Dan inilah inti
dasar teori pencahayaan.
3. Diafragma dan Rana
Ada dua bagian
penting pada kamera yang mengatur masuknya cahaya pada kamera, yaitu bukaan
diafragma dan rana.
PENCAHAYAAN YANG
TEPAT = MENGATUR KOMBINASI YANG TEPAT ANTARA
BESARNYA BUKAAN DAN LAMANYA MEMBUKA RANA
- Bukaan diafragma =mengatur masuknya cahayaa ke film dengan besar kecilnya lubang yang ada di lensa.
- Rana = mengatur cahaya yang masuk berdasar lamanya cahaya masuk.
Untuk mudahnya, mengatur besarnya cahaya yang masuk ke dalam
film bisa diibaratkan mengisi air ke ember dari kran. Kalau kita membuka kran
dengan sebesar-besarnya, ember akan cepat penuh. Sebaliknya, kalau kita membuka
kran kecil saja, waktu yang diperlukan untuk memenuhi ember pasti lebih lama.
Demikian pula dalam pemotretan, kran ibarat bukaan diafragma,
sedangkan rana ibarat lamanya waktu mengisi ember.
Kebutuhan cahaya pada
sebuah pemotretan bergantung pada hal:
- ISO/ASA film. Makin tinggi ASA film yang kita pakai , yang artinya makin peka, kebutuhan cahaya kita makin sedikit.
- Suasana di tempat pemotretan.Terang atau gelap di tempat pemotretan yang membedakan banyak sedikitnya cahaya yang tersedia.
4. “Light Meter”
Untuk mengukur cahaya
dapat digunakan light meter, pengukur cahaya.Kita bisa memakai pengukur cahaya
yang ada pada kamera atau dengan alat yang disebut Hand Held Light Meter
Pengukur cahaya dalam
sebuah kamera akan memberikan tanda tertentu untuk mengatakan bahwa suatu
penyetelan sudah selesai. Biasanya, tanda itu berupa bulatan hijau, atau tanda+
dan – yang muncul bersamaan, atau juga berhimpitnya dua jarum pengukur. Kalau
kita memanfaatkan pengukur cahaya, akan kita dapati kenyatan bahwa pencahayaan
yang tepat bisa diperoleh dari berbagai kombinasi setelan bukaan diafragma dan
rana. Misalnya, bukaan diafragma f/5,6 dengan kecepataan rana 1/250 sama
artinya dengan f/4 plus rana 1/500
1/1000 1/500 1/250
1/100 1/60 1/30 1/15
3,5 4 5,6 8 11 16 22
Untuk memudahkan kita melakukan pengukuran pencahayaan, patokan
berikut ini mungkin menolong :
- Atur dulu kecepatan rana mendekata angka ASA film yang dipakai,misal dipakai ASA100, pasanglah kecepataan rana pada 1/125 detik.
- Lalu sambil membidikkan kamera ke arah yang akan dipotret, putar gelang diafragma sampai didapat pengukuran yang sesuai seperti disebutkan oleh penngukur cahaya.
- Setelah itu, kita dapat mengubah kombinasi kedua pengatur itu sesuai selera berdasarkan dua tabel yang telah kita buat tadi.
Ruang Tajam atau
biasa disebut dengan Depth of Field dalam fotografi adalah sebuah ruang di
depan kamera di mana objek yang berada di dalamnya mempunyai ketajaman yang
layak dalam foto yang terekam nantinya.
Definisi “tajam sacara layak” ini perlu ditekankan sebab secara
fakta, titik fokus sebuah lensa adalah betul-betul cuma satu bidang yang
mempunyai jarak tertentu terhadap bidang film. Namun, dengan pemilihan bukaan diafragma
yang makin kecil(angka diafragmanya makin besar), benda yang berada di depan
atau di belakang benda terfokus sering masih tampak tajam pada foto.
Hukum pencahayaan :
- Bila diafragma dikecilkan,kecepataan harus dilambatkan
- Bila diafragma dibesarkan, kecepatan harus dipercepat.
Misal: Kalau kita
sudah mengukur kombinasi pencahayaan f/5,6 dan kecepatan1/125 detik, maka kalau
kita akan mengubah bukaan diafragma dari f/5,6 jadi f/8, kecepatan harus kita
rendahkan menjadi 1/60 detik. Sebaliknya kalau kita mengubah diafragma dari
f/5,6 jadi f/1,4, kecepatannya harus kita naikkan tiga stop sehingga menjadi
1/1000 detik.
Selain besar kecilnya bukaan, ada faktor lain yang akan
mempengaruhi dalamnya ruang tajam, yaitu panjang fokal lensa. Makin panjang
suatu lensa, makin tipis ruang tajamnya. Besar kecilnya ruang tajam juga dipengaruhi
oleh jarak obyek dengan kameranya . Makin jauh objek makin dalam ruang tajam di
sekitar objek. Lensa yang difokuskan ke tempat tak terhingga, mempunyai ruang
tajam yang sangat panjang. Pada pemotretan sangat dekat, pemotretan mikro misalnya,
bisa saja ruang tajamnya cuma seperberapa milimeter .
Sumber : Tri Nugroho Adi
S.Sos.,M.Si. JURUSAN ILMU
KOMUNIKASI - UNIVERSITAS JENDERAL
SOEDIRMAN PURWOKERTO
Posting Komentar